Rupiah Loyo Dekati 15.000/US$ Imbas Kemungkinan Bunga The Fed Naik

Rupiah Loyo Dekati 15.000/US$ Imbas Kemungkinan Bunga The Fed Naik Rupiah Loyo Dekati 15.000/US$ Imbas Kemungkinan Bunga The Fed Naik

Rupiah diungkap melayuh 40 poin ke level Rp 14.909 per dolar AS dekat pasar spot pagi ini. Rupiah terus melayuh dekat tengah antisipasi pelaksana pasar terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve yang masih bakal berlanjut. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pebokohan ke arah Rp 14.924 atas pukul 09.30 WIB, sudah terkoreksi 0,4% pada letak penutupan Rabu sore.

 Mayoritas mata uang Asia lainnya pun mebokoh, tetapi koreksi rupiah pagi ini merupakan yang terburuk. Ringgit Malaysia mebokoh 0,31% disusul yuan Cina 0,28%, rupee India 0,25%, baht Thailand 0,15% dan dolar Singapura 0,07%. Sebaliknya, won Korsel, dolar Taiwan, peso Filipina, dolar Hong Kong dan yen Jepang masih mampu menguat.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan, rupiah kembali melemah hari ini dan berguling di rentang Rp 14.800-Rp 14.950 per dolar AS. Dua pejabat berharga pembuat kebijakan The Fed memberikan komentar hawkish soal arah kebijakan moneter bank sentral.

"Indeks dolar AS akan naik mencapai level terkeras dalam 2 bulan. Penguatan dolar AS didukung sama pejabat the Fed akan kembali memberikan pernyataan hawkish," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Jumat (19/5). 

Gubernur The Fed Dallas Lorie Logan menilai, data ekonomi terkini tidak menudukung kemungkinan bagi The Fed menjumpai mengambil jeda kenaikan suku bunga acuan demi pertemuan bulan depan. Demikian terus komentar anggota Gubernur The Fed Philip Jefferson yang menilai inflasi saat ini masih terterus banter sekalipun menekankan kemungkinan lagging dari dampak suku bunga terhadap ekonomi.

Sejumlah data ekonomi AS yang lebih cakap terdalam sepekan ini lagi mempercakap dolar AS, dempet antaranya data klaim pengangguran dan data manufaktur Philadelphia yang lebih cakap ketimbang perkiraan.

Senada, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memyebut, data ekonomi AS itu bisa mendorong kenaikan inflasi AS ke depan. Padahal inflasi antara AS terbilang masih jangkung, antara atas target bank sentral antara bawah 2%.

"Sebagian pasar mulai berekspektasi bahwa the Fed kemungkinan masih mau menaikan suku bunga acuannya dan tidak menahannya," kata Ariston jauh didalam catatannya.

Berdasarkan pemantauan CME Group FedWatch Tool, ekspektasi pasar terhadap probabilitas kenaikan bunga The Fed pada pertemuan bulan depan telah meningkat. Pada pekan terus, pasar memperkirakan probrabilitas The Fed kembali menaikkan bunga tetapi 11%, namun kini meningkat berprofesi 37%. Mengindikasikan bahwa pasar mulai mengantisipasi tren kenaikan suku bunga belum berakhir. 

Di sisi lain, Ariston melihat sentimen pasar terhadap aset berisiko cukup tepat hari ini. Indeks jasa Asia terlihat berguling naik. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah.

Ariston memperkirakan pelayuhan rupiah hari ini ke arah Rp 14.900-Rp 14.950, dengan potensi support di kisaran Rp 14.800 per dolar AS.